Tenun Ikat, Kerajinan Khas Sintang yang Mendunia

oleh
Salah satu corak tenun ikat yang diproduksi penenun dari Desa Umin Jaya

BERITA-AKTUAL.COM – Kabupaten Sintang tak hanya terkenal dengan wisata alam Bukit Kelam. Tapi juga kerajinan khasnya yang mendunia. Yakni, tenun ikat dayak yang sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dan pernah meraih Upakarti.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kabudayaan Kabupaten Sintang Siti Musrikah mengatakan, tenun ikat sudah dikenal dibeberapa negara besar seperti Amerika, Belanda, Jerman, Italia serta beberapa negara eropa lainnya. “Kalau di Pulau Borneo, semua sudah mengenalnya,” katanya.

Bahkan, kata Siti, ketika melakukan pameran di Swedia pembelinya juga luar biasa. “Mereka melihat sesuatu yang unik, ketika banyak orang sudah meninggalkan itu,” ucapnya.

Ia mengatakan, ketika melakukan pameran di luar negeri, yang dilakukan tidak hanya promosi produk tenun ikat saja. Tapi juga mempromosikan Kabupaten Sintang ke dunia. “Selain promosi produk, kita juga mengenalkan Sintang. Di Kalbar ini, Sintang berada dimana sih? Ini yang kita jelaskan,” kata Siti.

Siti mengatakan, tenun ikat Sintang ada dua proses pewarnaan. Yakni pewarnaan alami dan kimia. “Dua-duanya ada di Sintang dan asli. Kadang, ada yang bilang kalau pewarnaan kimia tidak asli. Padahal itu asli,” tegasnya.

Dijelaskannya, jika menggunakan pewarna alami bahan yang digunakan bermacam-macam. Diantaranya akar pohon, daun-daunan, kulit kayu serta tumbuhan. “Memang ada kendala bahan baku jika menggunakan pewarna alami. Karena, prosesnya lama. Contoh, kalau mengambil akar pohon mengkudu, kan tidak bisa cepat,” ucapnya.

Solusinya, pemerintah melalui Surat Keputusan (SK) Bupati Sintang menepatkan kawasan ekobudaya. Agar bisa meremajakan kembali bahan-bahan yang digunakan untuk pewarnaan alami.

“Contohnya seperti pohon mengkudu tadi. Pohon ini boleh diambil untuk pewarna alami setelah lima tahun. Makanya, harus ditanam kembali,” bebernya.

Selain itu, daun Tarum juga bisa digunakan. Tapi, kalau sudah berbuah warnanya berkurang. “Kalau di luar, sudah mulai membuat powder (tepung) dari Tarum. Tapi, kami sudah coba. Kualitasnya tetap bagus yang alami,” jelas Siti.

 

 

 

No More Posts Available.

No more pages to load.